Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Kamis, April 23, 2009

A. JUDUL
Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Energi Bunyi Siswa di Kelas IV SD Negeri Rawua

B. MATA PELAJARAN DAN BIDANG KAJIAN
Ilmu Pengetahuan Alam/Masalah Belajar

C. PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi secara global telah mengalami berbagai perkembangan. Hal ini dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi dilingkungan sekitar kita. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar tanggap menghadapi lingkunganya, karena dengan belajar Sains siswa belajar memahami fenomena-fenomena alam yang terjadi dilingkungannya. Sejalan dengan itu Samatowa (2006: 78) mengemukakan bahwa dengan belajar Sains, dapat meningkatkan kemampuan siswa kearah sikap dan kemampuan yang baik dan berguna bagi lingkungannya.
Belajar Sains bukan hanya sekedar menghafalkan konsep dan prinsip Sains melainkan, dengan pembelajaran Sains diharapkan siswa dapat memiliki sikap dan kemampuan yang berguna bagi dirinya dalam memahami perubahan yang terjadi dilingkungannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Abruscato, 1992 (Khairudin dan Soedjono, 2005: 15) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran Sains dapat : (1) mengembangkan kognitif siswa, (2) mengembangkan afektif siswa, (3) mengembangkan psikomotorik siswa, (4) mengembangkan kreativitas siswa, dan (5) melatih siswa berfikir kritis.
Dari beberapa tujuan pembelajaran Sains yang telah dikemukakan sebelumnya tampak bahwa hasil belajar Sains sangat diharapkan tercermin dari kemampuan siswa bersikap dan bertingkah laku yang baik, dalam memahami fenomena-fenomena alam yang terjadi dilingkungannya. Olehnya itu guru perlu merancang suatu pembelajaran yang menarik bagi siswa, sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran Sains dapat tercapai.
Von Glasersfeld (Suparno, 1997) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang menentukan prestasi dan hasil belajar Sains adalah faktor kemampuan guru menerapkan dan mengembangkannya dalam kegiatan belajar mengajar Sains yang antara lain :
Guru perlu belajar mengerti cara berfikir siswa sehingga dapat membantu memodifikasinya. Baik dilihat bagaimana jalan berfikir mereka mengenai suatu persoalan yang ada. Guru perlu menanyakan kepada siswa bagaimana mereka mendapatkan jawabannya.Ini adalah cara yang baik untuk menemukan pemikiran mereka dan membuka jalan untuk menjelaskan mengapa suatu jawaban tidak berlaku untuk keadaan tertentu

Seorang guru hendaknya memandang pembelajaran Sains tidak hanya menekankan pada hasil tetapi juga menekankan pada proses untuk memahami konsep dan prinsip tersebut, sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2004.P.3). Jika guru dalam mengajarkan konsep Sains lebih menekankan pada proses dimana siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri untuk memahami masalah atau objek yang diamati, dapat membawa dampak positif bagi kemajuan belajar siswa yang berorientasi pada peningkatan hasil dan prestasi belajar siswa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nikson (Hasbullah, 1993: 3) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu upaya membantu siswa mengkonstruksi (membangun) konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dengan kemampuannya sendiri melalui internalisasi sehingga konsep dan prinsip itu terbangun kembali. Olehnya itu guru perlu merancang dan melaksanakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa mengkonstruksi pemikirannya sendiri untuk menemukan konsep dan prinsip Sains tersebut serta mengetahui untuk apa konsep tersebut dipelajari. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa mengkonstruksi pemikirannya sendiri, siswa dapat belajar lebih aktif, kreatif, menumbuhkan kesan bermakna dan menarik bagi siswa, sehingga hasil belajar yang diharapkan dalam pembelajaran Sains dapat tercapai.
Pendekatan pembelajaran Sains yang dapat digunakan dalam meningkatkan pemahaman siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami konsep dan prinsip Sains di sekolah dasar adalah dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Sebagaimana Semiawan (1992) mengemukakan bahwa pada hakikatnya Pendekatan Keterampilan proses adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar.
Salah satu kajian materi yang tecantum dalam Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran Sains di sekolah dasar kelas IV adalah materi Energi bunyi yang harus dikuasai oleh siswa sekolah dasar dengan baik, karena materi tersebut juga sangat dekat dengan lingkungan keseharian siswa.
Namun pada kenyataan di sekolah dasar materi energi bunyi belum dapat dikuasai siswa dengan baik. Hal ini sejalan dengan pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Desember 2007 di kelas IV SD Negeri Rawua, Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe, Propinsi Sulawesi Tenggara, peneliti melakukan observasi, wawancara dan tes langsung kepada guru dan siswa di SD tersebut.
Dari observasi yang dilakukan dalam situasi belajar mengajar, peneliti memperoleh data sebagai berikut : (1) guru dalam mengajarkan konsep energi bunyi kepada siswa kurang melibatkan siswa secara aktif dalam interaksi belajar mengajar sehingga siswa kurang termotivasi dalam belajar, (2) guru kurang membimbing siswa dalam mengkonstruksi pemikirannya untuk memahami materi energi bunyi melalui kegiatan mengamati dan menemukan, (3) guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanipulasi alat peraga dalam memahami konsep energi bunyi.
Peneliti juga melakukan wawancara langsung kepada guru Sains kelas IV di sekolah tersebut, peneliti memperoleh data sebagai berikut : (1) guru beranggapan sulit menemukan dan melaksanakan pendekatan mengajar yang tepat dalam mengajarkan Sains di sekolah dasar khususnya terhadap materi energi bunyi, dan (2) guru juga beranggapan bahwa jika lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan alat peraga akan memerlukan waktu yang lebih banyak sementara waktu mengajarnya tebatas, (3) guru juga beranggapan jika menggunakan metode eksperimen dan observasi hanya membuat siswa akan ribut di kelas.
Selain dari observasi dan wawancara yang dilakukan, peneliti melakukan tes awal kepada siswa kelas IV untuk mengukur seberapa jauh pemahaman siswa mengenai konsep energi bunyi, tampak bahwa pada umumnya siswa kurang memahami konsep energi bunyi, hal ini terlihat dari ketidakmampuan siswa menyelesaikan soal latihan yang diberikan.
Berdasarkan hasil temuan di atas, hal itulah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa akan konsep energi bunyi di sekolah dasar, jika masalah tersebut tidak dapat diatasi maka akan berdampak buruk bagi siswa, terutama pada mutu dan kualitas pembelajaran Sains di sekolah dasar. Olehnya itu, peneliti bersama guru bemaksud untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengadakan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Meningkatkan Hasil Belajar Energi Bunyi Siswa di Kelas IV SD Negeri Rawua”.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Prestasi belajar pokok bahasan energi bunyi siswa kelas IV SD Negeri Rawua Rendah ?”.
Rumusan masalah umum tersebut dapat dijabarkan secara khusus yaitu sebagai berikut :
a. Bagaimanakah peningkatan proses pembelajaran energi bunyi melalui pendekatan keterampilan proses siswa di kelas IV SD Negeri Rawua ?
b. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar energi bunyi siswa di kelas IV SD Negeri Rawua dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses ?

E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pendekatan keterampilan proses dalam meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi energi bunyi di kelas IV SD Negeri Rawua.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimanakah peningkatan proses pembelajaran energi bunyi dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses siswa di kelas IV SD Negeri Rawua.
b. Mendeskripisikan peningkatan prestasi belajar energi bunyi siswa di kelas IV SD Negeri Rawua dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.
F. MANFAAT HASIL PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a. Melalui hasil penelitian ini di harapkan guru SD dan peneliti memiliki pengetahuan dan wawasan tentang teori pendekatan proses dalam meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi energi bunyi
b. Hasil penelitian ini di harapkan guru SD dan peneliti memiliki pengetahuan mengenai teori pembelajaran yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya dan memperoleh pengetahuan tentang penggunaan keterampilan proses dalam pembelajaran energi bunyi.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan guru SD mendapat pengalaman secara langsung menggunakan pendekatan proses dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Sains.
b. Hasil penelitian ini di harapkan peneliti mendapat pengalaman nyata dan dapat menerapkan pendekatan proses dalam pembelajaran Sains jika menjadi guru di SD.
G. KAJIAN PUSTAKA
1. Pembelajaran Sains di SD
a. Pengertian Sains
Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semasta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Darmojo, 1992: 3)
Selain itu, Nash 1993 (Darmojo, 1992: 3) dalam bukunya The Nature of Sciences, menyatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang obyek yang diamatinya.
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata Inggris, yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh powler (Winaputra, 1992: 122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.
Sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. Selanjutnya Winaputra (1992:123) mengemukakan bahwa tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau mahluk hidup, tetapi merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan masalah.
Jadi, kesimpulan dari uraian di atas sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek serta menggunakan metode ilmiah.
b. Tujuan IPA diajarkan di Sekolah Dasar
Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA perlu diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat golongan yakni :
1. Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah IPA. Orang tidak menjadi Insinyur elektronika yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung kepada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA. Sebab IPA merupakan dasar teknologi sedangkan teknologi disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Suatu teknologi tidak akan berkembang pesat bila tidak didasari pengetahuan dasar yang memadai. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah IPA.
2. Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis, misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. IPA melatih anak berfikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Obyektif artinya sesuai dengan obyeknya, sesuai dengan kenyataan, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera.
3. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
4. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
2. Pengertian dan Prinsip-prinsip Pendekatan Keterampilan Proses
a. Pengertian.
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Semiawan, 1992). Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini.
Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis. Alasannya tentulah sederhana, yaitu agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar sains menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap permasalahan sains yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya.
Sumatowa (2006: 138) mengemukakan bahwa keunggulan pendekatan keterampilan proses didalam proses pembelajaran, antara lain :
1. Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
2. Siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari
3. Meatih siswa untuk berfikir lebih kritis
4. Melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran
5. Mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru
6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
b. Pendekatan Keterampilan Proses
Menurut (Semiawan, 1992), terdapat sepuluh keterampilan proses yaitu : (1) kemampuan mengamati, (2) kemampuan menghitung, (3) kemampuan mengukur, (4) kemampuan mengklasifikasi, (5) kemampuan menemukan hubungan, (6) kemampuan membuat prediksi (ramalan), (7) Kemampuan melaksanakan penelitian (percobaan), (8) kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data, (9) kemampuan menginterpretasikan data, dan (10) kemampuan mengkomunikasikan hasil.
Mengamati.
Mengamati merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting untuk memperoleh pengetahuan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Kegiatan ini tidak sama dengan kegiatan melihat. Pengamatan dilaksanakan dengan memanfaatkan seluruh panca indera yang mungkin biasa digunakan untuk memperhatikan hal yang diamati, memilah-milah bagiannya berdasarkan kriteria tertentu, juga berdasarkan tujuan pengamatan, serta mengolah hasil pengamatan dan menuliskan hasilnya.

Kemampuan Menghitung.
Kemampuan menghitung dalam pengertian yang luas, merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari dapat dikatakan bahwa dalam semua aktivitas kehidupan manusia memerlukan kemampuan ini.
Kemampuan Mengukur.
Dalam pengertian yang luas, kemampuan mengukur sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dimana seseorang dapat mengetahui sesuatu yang diamatinya dengan mengukur apa yang diamatinya.
Kemampuan Mengklasifikasi.
Kemampuan mengklasifikasi merupakan kemampuan mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu yang berupa benda, fakta, informasi, dan gagasan. Pengelompokkan ini didasarkan pada karakteristik atau ciri-ciri yang sama dalam tujuan tertentu, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Kemampuan Menemukan Hubungan.
Kemampuan ini merupakan kemampuan penting yang perlu dikuasai oleh siswa. Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah : fakta, informasi, gagasan, pendapat, ruang, dan waktu. Kesemuanya merupakan variabel untuk menentukan hubungan antara sikap dan tindakan yang sesuai.


Kemampuan Membuat Prediksi (Ramalan).
Ramalan yang dimaksud di sini bukanlah sembarang perkiraan, melainkan perkiraan yang mempunyai dasar atau penalaran. Kemampuan membuat ramalan atau perkiraan yang di dasari penalaran baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam teori penelitian, kemampuan membuat ramalan ini disebut juga kemampuan menyusun hipotesis. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Dalam kerja ilmiah, seorang ilmuwan biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen.
Kemampuan Melaksanakan Penelitian (Percobaan).
Penelitian merupakan kegiatan para ilmuwan di dalam kegiatan ilmiah. Namun, dalam kehidupan sehari-hari penelitian (percobaan) merupakan kegiatan penyelidikan untuk menguji gagasan-gagasan melalui kegiatan eksperimen praktis. Kegiatan percobaan umumnya dilaksanakan dalam mata pelajaran eksakta seperti fisika, kimia, dan biologi. Sedangkan untuk mata pelajaran non eksakta, kegiatan yang biasa dilakukan adalah penelitian sederhana yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan.
Kemampuan Mengumpulkan dan Menganalisis Data.
Kemampuan ini merupakan bagian dari kemampuan melaksanakan penelitian. Dalam kemampuan ini, siswa perlu menguasai bagaimana cara-cara mengumpulkan data dalam penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif.
Kemampuan Menginterpretasikan Data.
Dalam kemampuan ini, siswa perlu menginterpretasikan hasil yang diperolehnya.
Kemampuan Mengkomunikasikan Hasil.
Kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang juga harus dikuasai siswa. Dalam kemampuan ini, siswa perlu dilatih untuk mengkomunikasikan hasil penemuannya kepada orang lain dalam bentuk laporan penelitian, paper, atau karangan.
c. Alasan Perlunya Penerapan Keterampilan Proses
Semiawan dkk, (1985: 15-16) merinci alasan yang melandasi perlunya diterapkan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari :
1. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, siswa diberi bekal keterampilan proses yang dapat mereka gunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan tanpa tergantung dari guru.
2. Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkrit, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar-benar nyata.
3. Tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi menggiring anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri.
4. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar 100 %, penemuannya bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Muncul lagi, teori baru yang prinsipnya mengandung kebenaran yang relatif. Jika kita hendak menanamkan sikap ilmiah pada diri anak, maka anak perlu dilatih untuk selalu bertanya, berpikir kritis, dan mengusahakan kemungkinan-kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah. Dengan perkataan lain anak perlu dibina berpikir dan bertindak kreatif.
5. Dalam proses belajar mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak-anak didik. Konsep disatu pihak serta sikap dan nilai di lain pihak harus dikaitkan. (Semiawan dkk, 1985 : 15-16).
d. Tujuan Pendekatan Keterampilan Proses
Pengembangan pendekatan keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang penting untuk memperoleh keberhasilan belajar yang optimal. Materi pelajaran akan lebih mudah dikuasai dan dihayati oleh siswa, bila siswa sendiri mengalami peristiwa belajar tersebut. Selain itu, Usman dan Setiawati, 2000: 79) mengemukakan tujuan pendekatan proses adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan, yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan indera.
2. Menggolongkan (mengklasifikasikan), yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan perlu ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan, konsep sebagai dasar penggolongan
3. Menafsirkan (menginterpretasikan), yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa, konsep dan informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, penghitungan, penelitian atau eksperimen.
4. Meramalkan, yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan, pola tertentu, hubungan antar data, atau informasi. Misalnya, berdasarkan pengalaman tentang keadaaan cuaca sebelumnya, siswa dapat meramalkan keadaan cuaca yang akan terjadi.
5. Menerapkan (aplikasi) yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori dan keterampilan. Melalui penerapan hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan atau dihayati.
6. Merencanakan penelitian, yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan berhasil tidaknya melakukan penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih karena selama ini pada umumnya kurang diperhatikan dan kurang terbina.
7. Mengkomunikasikan, yaitu keterampilan menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan.
Sementara itu Darmodjo dan Kaligis, (1992: 52) merinci keterampilan-keterampilan proses dalam pendidikan IPA itu meliputi :
1. Keterampilan mengobservasi yang meliputi kemampuan untuk dapat “membedakan”, “menghitung” dan “mengukur”.
2. Keterampilan mengklasifikasi, yang meliputi menggolong-golongkan atas dasar aspek-aspek tertentu, serta kombinasi antara menggolongkan dengan mengurutkan.
3. Keterampilan menginterpretasi, termasuk menginterpretasi data, grafik, maupun mencari pola hubungan yang terdapat dalam pengolahan data.
4. Keterampilan memprediksi, termasuk membuat ramalan atas kecenderungan yang terdapat dalam pengolahan data.
5. Keterampilan membuat hipotesis, meliputi kemampuan berpikir deduktif dengan menggunakan konsep-konsep, teori-teori maupun hukum-hukum IPA yang telah dikenal.
6. Keterampilan mengendalikan variabel, yaitu upaya mengisolasi variabel yang tidak diteliti sehingga adanya perbedaan pada hasil eksperimen adalah dari variabel yang diteliti.
7. Keterampilan merencanakan dan melakukan penelitian, eksperimen yang meliputi penetapan masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis.
8. Keterampilan menyimpulkan atau inferensi, yaitu kemampuan menarik kesimpulan dari pengolahan data.
9. Keterampilan menerapkan atau aplikasi, atau menggunakan konsep atau hasil penelitian ke dalam perikehidupan dalam masyarakat.
10. Keterampilan mengkomunikasikan, yaitu kemampuan siswa untuk dapat mengkomunikasikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun penelitiannya kepada orang lain baik secara lisan maupun secara tertulis.
e. Penilaian Keterampilan Proses Sains.
Surapranata (2004) mengemukakan berbagai bentuk penilaian yang dapat digunakan, khususnya dalam penilaian berbentuk kelas, yakni:
(1). Tes tertulis.
Tes ini umumnya diberikan pada saat penilaian formatif maupun sumatif yang mengungkap aspek kognitif siswa. Bentuknya dapat berupa uraian (essay), pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, atau isian/jawaban singkat.

(2). Tes perbuatan
Tes ini diberikan pada saat satu kegiatan sedang berlangsung dengan melakukan pengamatan pada prilaku peserta didik yang ingin dinilai
(3). Pemberian tugas
Bentuk penilaian ini dilakukan terutama untuk mengembangkan kreativitas siswa sesuai dengan bakat, minat, dan tingkat perkembanganya.
(4). Penilaian proyek
Penilaian ini didesain untuk suatu kegiatan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu yang biasanya dimulai dari pengumpulan data, pengorganisasian, pelaporan dan penyajian data
(5). Penilaian sikap
Penilaian ini berkaitan dengan berbagai obyek sikap, misalnya sikap terhadap bidang studi, sikap terhadap guru, atau sikap terhadap materi pembelajaran. Pengukuran dapat di lakukan dengan observasi, laporan pribadi, dan skala sikap.
(6). Penilaian Portofolio
Penilaian portopolio merupakan penilaian terhadap karya siswa yang disusun secara sistimatis dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa dalam mata pelajaran tertentu.

3. Konsep Bunyi Dalam Pembelajaran Sains di Kelas 1V
Bunyi merupakan suatu gelombang yang merambat melalui medium. Yang dimaksudkan dalam medium disini adalah suatu zat yang dapat berbentuk padat maupun cair. Perambatan bunyi dalam medium padat akan lebih cepat dibandingkan dengan medium zat yang lain. Bunyi dihasilkan dari suatu zat yang bergetar karena ada suatu usikan, dan merambat lurus sebagai gelombang longitudinal. Untuk membuat suatu bunyi-bunyian dari bahan-bahan yang sederhana cukup mudah, sebab bahan-bahan seperti karet, kaleng, janur dan benda apa saja pada dasarnya dapat menimbulkan bunyi jika diberikan suatu usikan/gaya. Bentuk lain dari gelombang adalah transversal, gelombang ini bergetar secara tegak lurus, namun bergerak searah dengan rambatannya.
Kita dapat mendengar bunyi dari alat musik. Alat musik akan mengeluarkan bunyi jika dimainkan. Dalam keadaan diam, alat musik tidak mengeluarkan bunyi. Pada saat berbicara, pita suara yang terdapat di dalam tenggorokan kita bergetar. Untuk membuktikan hal tersebut rabalah tenggorokan dan berteriaklah agak keras. Yang kamu rasakan adalah tenggorokanmu bergetar. Demikian pula yang terjadi pada sebuah gitar. Apabila kita petik dawainya, maka dawai bergetar. Getaran dawai inilah yang menimbulkan bunyi. Contoh lainnya adalah bunyi gong yang dipukul dan bunyi seruling yang ditiup.
Getaran bunyi merambat kesegala arah sebagai gelombang, persis seperti gelombang air. Jika kita melempar batu ke air yang tenang, maka gelombang air bergerak ke segala arah. Makin jauh dari tempat batu jatuh, gelombang makin kecil. Demikian pula dengan bunyi. Makin jauh dari sumber bunyi, bunyi terdengar makin lemah.
Satu kali gerak ke atas dan kebawah disebut satu getaran. Banyak getaran yang terjadi dalam satu detik disebut kekerapan atau frekuensi. Bunyi yang frekuensinya tidak teratur disebut desah.
Bunyi yang dapat di dengar oleh telinga manusia adalah bunyi yang jumlah getarannya berkisar antara 20 sampai 20.000 getaran per sekon. Bunyi yang jumlah getarannya 20 sampai 20.000 getaran per sekon disebut audiosonik. Bunyi yang getarannya kurang dari 20 getaran per sekon disebut infrasonik. Bunyi infrasonik hanya dapat didengar oleh hewan tertentu, misalnya jangkrik. Adapun bunyi yang getarannya lebih dari 20.000 getaran persekon disebut ultrasonik. Bunyi ultrasonik juga hanya dapat didengar oleh hewan tertentu, misalnya lumba-lumba dan kelelawar.
Walaupun dapat menangkap bunyi dengan getaran 20-20.000 getaran per sekon, telinga kita lebih peka terhadap bunyi dengan frekuensi sekitar 1.000 getaran per sekon. Saat berbisik, suara kita dapat hanya mencapai 50 getaran per sekon. Sementara saat berteriak dapat mencapai 10.000 getaran per sekon.
Pada waktu kita memetik dawai atau senar gitar secara perlahan-lahan, bunyi yang dihasilkan terdengar lemah. Sebaliknya, jika dawai kita petik dengan kuat, maka akan dihasilkan bunyi yang kuat pula. Dawai yang dipetik secara perlahan mempunyai simpangan kecil, berarti amplitudonya kecil. Dawai yang dipetik secara kuat mempunyai simpangan yang besar, berarti amplitudonya juga besar. Amplitudo ialah simpangan terjatuh dari kedudukan kesetimbangan. Kedudukan kesetimbangan ialah kedudukan benda pada saat tidak bergetar. Makin besar amplitudo, maka suara yang dihasilkan makin keras. Jadi kuat lemahnya bunyi sangat bergantung pada amplitudo getarnya, sedangkan tinggi rendah nada bunyi ditentukan oleh frekuensinya.
a. Alat-alat bunyi berasal dari tumbuhan
Terompet tangkai daun
Tangkai daun yang berlubang, berbentuk pipa dapat dimanfaatkan sebagai alat bunyi misalnya tangkai daun dari pepaya yang tua dan tidak layu. Pada tangkai kira-kira 1 cm dari ruas dibuat celah sepanjang 5 cm hanya pada bagian atasnya saja, sehingga terlihat sebuah garis. Belahan tersebut sebagai tempat keluarnya udara yang kemudian menggetarkan belahan tangkai pepaya dan menimbulkan bunyi.
b. Alat-alat bunyi yang berasal dari limbah industri
a. Gambang Botol
Dengan menggunakan botol-botol yang terbuat dari kaca (gelas) dapat juga dibuat alat musik yang disebut gambang botol. Kumpulkan 8 buah botol yang bentuk dan besarnya sama.
Bariskan botol-botol tersebut, kemudian isi dengan air yang tidak sama banyaknya. Bila botol-botol diketuk dengan benda keras, misalnya sendok, botol-botol tersebut akan menghasilkan bunyi yang berbeda-beda. Sesuaikan bunyi-bunyi botol tersebut dengan nada-nada do-re-me-fa-sol-la-si-do. Bila nada yang terdengar kurang sesuai dengan nada-nada yang dikehendaki, isi botol diatur dengan cara mengurangi atau menambah air sampai irama nada tersebut mendekati kebenaran. Didemonstrasikan dan dinyanyikan sebuah lagu dengan menggunakan iringan musik dari gambang botol.
b. Kendang kertas dari plastik
Kendang merupakan suatu alat bunyi yang biasanya atau pada umumnya dibuat dari kulit hewan bahkan dewasa ini kendang yang digunakan sebagai penggiring musik terbuat dari plastik fiber glass.
Beberapa bahan yang perlu disiapkan diantaranya :
Ø Kaleng roti biskuit berbentuk bulat
Ø Plastik atau kertas semen
Ø Karet gelang
Ø Lidi dari bambu 1 stik.
Kaleng harus terbuka pada bagian atas dan bagian bawah. Kemudian tutupkan kertas atau plastik dan ikat kuat-kuat melingkar kaleng. Regangan keras atau plastik hendaklah diatur sehingga menghasilkan suara yang dikehendaki. Didemonstrasikan dengan cara memukul dengantongkat pada bagian kertas/plastik yang menutup bagian atas kaleng.

H. PROSEDUR PENELITIAN
1. Seting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV SDN Rawua, dengan jumlah siswa 23, yaitu 12 orang putra, dan 11 orang putri. Pelaksanaan penelitian ini direncanakan pada semester ganjil Tahun pelajaran 2008/2009. Sasaran perbaikannya adalah meningkatkan hasil belajar energi bunyi. Oleh sebab itu yang terlibat langsung dalam pembelajaran adalah Guru kelas IV dan siswa kelas IV.
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini direncanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei tahun 2008. Waktu tersebut di mulai dari tahap perencanaan sampai tahap laporan dengan tiga siklus. Subjek penelitian adalah murid kelas IV SD Negeri Rawua berjumlah 23 orang.
Memilih murid kelas IV sebagai responden dengan alasan : (1) Tingkat perkembangkan kognitif usia antara 9 dan 10 tahun sudah dapat memahami konsep energi bunyi karena mereka telah belajar tentang konsep energi bunyi sejak dikelas 1 sampai kelas 3, (2) Adanya Variasi murid, dilihat dari status sosial, pendidikan, pekerjaan orang tua mereka, (3) adanya masalah yang dialami murid kelas IV dalam belajar energi bunyi, dan (4) peneliti dan guru kelas IV dapat berkolaborasi dengan baik karena mereka adalah mitra kerja.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah 23 orang siswa kelas IV yang telah ditentukan berdasarkan hasil tes awal yaitu siswa yang paling banyak melakukan kesalahan. Seluruh siswa kelas IV dijadikan sebagai subjek penelitian didasarkan pada pertimbangan agar fokus penelitian dapat diamati lebih cermat dan teliti.
4. Tehnik Dan Alat Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes wawancara, pengamatan dan catatan lapangan. Empat teknik tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Tes
Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang hasil belajar terhadap konsep energi bunyi. Tes dilaksanakan pada setiap tindakan.
b. Wawancara
Wawancara dimaksudkan untuk menggali kesulitan siswa dalam memahami konsep energi bunyi.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk melihat secara langsung proses belajar energi bunyi.
d. Catatan Lapangan
Catatan lapangan yaitu mencatat hal-hal penting yang terjadi selama pembelajaran berlangsung yang dapat digunakan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam lembar observasi.
5. Prosedur Penelitian
Penelitian ini mengggunakan rencana penelitian tindakan kelas (Action research), yaitu rancangan penelitian berdaur ulang (siklus). Hal ini mengacu pada pendapat Mc. Taggart (1988: 123) dan Wardani (2007: 5) bahwa, “penelitian tindakan kelas mengikuti proses siklus atau daur ulang mulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi (perenungan, pemikiran, dan evaluasi)”. Tahap tindakan digambarkan dalam bagan 2 berikut ini :







Ide awal diagnosis masalah
menyusunrencana siklus 1
Tindakan siklus 1
· Sumber energi bunyi
· Perambatan bunyi
· Pemantulan dan penyerapan bunyi
Observasi siklus 1
Refleksi analisis evaluasi
Menyusun rencana
siklus 2
Belum berhasil
Tindakan siklus 2
· Sumber energi bunyi
· Perambatan bunyi
· Pemantulan dan penyerapan bunyi
Observasi siklus 2
Refleksi siklus 2 analisis evaluasi
Belum berhasil
Menyusun rencana
siklus 3
Tindakan siklus 3
· Sumber energi bunyi
· Perambatan bunyi
· Pemantulan dan penyerapan bunyi
Observasi siklus 2
Refleksi siklus 3 analisis evaluasi
Berhasil
SimpulanBagan 2 : Alur Penelitian Tindakan Pembelajaran Energi Bunyi dengan Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses



















Berdasarkan bagan 2 tentang prosedur pelaksanaan tindakan penelitian yang terdiri atas: tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, maka keempat tahap tahap tersebut diuraikan sebagai berikut.
(a) Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan adalah persiapan perencanaan tindakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan proses dengan langkah-langkah sebagai berikut
1. Menyamakan persepsi antara peneliti dan guru tentang konsep dan tujuan penggunaan pendekatan proses dalam pembelajaran konsep energi bunyi.
2. Secara kolaboratif menyusun rencana tindakan pembelajaran siklus 1.
3. Menentukan bahan dan media pembeljaran yang akan digunakan
4. Menyusun rambu-rambu instrumen data keberhasilan guru maupun instrumen data keberhasilan siswa, berupa : format observasi, pedoman wawancara, tes, dan persiapan rekaman kegiatan tindakan berupa tape recorder maupun rekaman foto pelaksanaan tindakan.
(b) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan yaitu tahap mengimplementasikan rencana tindakan yang telah disusun secara kolaboratif antara guru kelas IV. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah guru melaksanakan tindakan pembelajaran konsep energi bunyi dengan menggunakan pendekatan proses dengan tiga tahap yaitu. (1) sumber energi bunyi, (2) perambatan bunyi, dan (3) pemantulan dan penyerapan bunyi.
(c) Observasi
Tahap observasi adalah mengamati seluruh proses tindakan dan pada saat selesai tindakan. Fokus observasi adalah aktifitas guru dan siswa. Aktifitas guru dapat diamati mulai pada tahap awal pembelajaran, saat pembelajaran, dan akhir pembelajaran. Data aktifitas guru dan siswa diperoleh dengan menggunakan format observasi, pedoman wawancara, rekaman, dan hasil pemahaman setiap responden. Format observasi seperti pada lampiran.
(d) Refleksi
Langkah terakhir dalam prosedur penelitian tindakan ini adalah mengadakan refleksi (renungan) terhadap hasil yang telah dicapai pada setiap siklus. Refleksi dilakukan dengan mengacu pada hasil observasi selama proses dan pada saat selesai pembelajaran, yang terdiri atas aktivitas guru maupun siswa. Jika hasil yang dicapai pada siklus 1 belum sesuai indikator dan target (65% ke atas) sesuai rencana, maka akan dimusyawarakan bersama Tim tentang alternatif pemecahannya dan selanjutnya direncanakan tindakan berikutnya.
6. Validasi Data
Teknik pengecekan keabsahan data mengacu pada pendapat Moleong (1994: 175) bahwa pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan, perpanjangan keikutsertaan, triangulasi.

7. Analisis Data
Analisis data di laksanakan berdasarkan data mengalir dengan mengacu pada pendapat Miles dan Huberman (1992: 19), yaitu dimulai dengan menelaah seluruh data yang ada, kemudian direduksi berdasarkan masalah yang di teliti, data di susun dalam satuan-satuan kategori. Data yang ada dianalisis melalui proses reduksi data, dan penarikan simpulan atau pemaknaan. Menentukan kriteria keberhasilan tindakan mengacu pada rambu-rambu format pengamatan dengan taraf keberhasilan tindakan seperti Tabel 1 berikut.
Tabel 1 : Taraf keberhasilan tindakan dalam pembelajaran Konsep Energi Bunyi melalui pendekatan proses.

Taraf Keberhasilan
Kualifikasi
Nilai/angka
85 % - 100 %
Sangat Baik (SB)
5
70 % - 84 %
Baik (B)
4
55 % - 69 %
Cukup (C)
3
46 % - 54%
Kurang (K)
2
0 % - 45 %
Sangat Kurang (SK)
1

Sumber : Buku Pedoman IKIP Malang 1999
Keterangan:
SB = Jika semua (lima) deskriptor muncul
B = Jika hanya 4 deskriptor yang muncul
C = Jika hanya 3 deskriptor yang muncul
K = Jika hanya 2 deskriptor yang muncul
SK = jika hanya 1 deskriptor yang muncul
Setelah mengetahui keberhasilan proses dan hasil setiap tindakan, selanjutnya diadakan refleksi. Refleksi dimaksudkan untuk menganalisis dan mengevaluasi tindakan yang telah dilaksanakan, baik rencana tindakan maupun pelaksanaan tindakan. Kesimpulan sementara dijadikan sebagai masukan untuk tindakan selanjutnya.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu indikator tentang keterlaksanaan skenario pembelajaran dan indikator kemampuan pemahaman konsep energi bunyi. Skenario pembelajaran terlaksana dengan baik apabila minimal 85 % skenario pembelajaran terlaksana dengan baik. Siswa-siswa yang menjadi objek dalam penelitian ini di katakan berhasil apabila 85 % siswa telah memperoleh nilai minimal 6,0 (ketentuan dari SD Negeri Rawua).
7. Kriteria Keberhasilan.
Ukuran keberhasilan dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek guru dan aspek murid. Keberhasilan aspek guru dapat dilihat pada kemampuan mengimplementasikan perencanaan pembelajaran energi bunyi melalui tiga tahapan proses pembelajaran yaitu tahap bagian awal, inti, dan akhir kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan proses.



I. DAFTAR PUSTAKA

Abruscatto, J. 1992. Teaching Children Science. Boston : Allyn and Bacon
Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas

Bundu, Patta D. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta : Depdikbud

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran SAINS SD/MI. Jakarta : Depdiknas.

Hasbullah. 1993 . Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Unesya Press.

Haryanto. 2004. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta : Erlangga.

Khaeruddin dan Sudjiono, E. H. 2005. Pembelajaran Sains (IPA) Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makassar : Badan Penerbit Makassar.

Moleong, L.J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya

Nasution. H.N. 2000. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Universitas Terbuka.

Nurkancana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud.

Semiawan, Conny dkk. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : Gramedia.

Sofyan, G dan Amiruddin. 2007. Diklat Profesi Guru Model-model Pembelajaran 1. Kendari : Universitas Haluoleo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar