Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selasa, Mei 19, 2009

KARAKTERISTIK STRATEGI BELAJAR KIMIA DENGAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA SISWA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Peran dunia pendidikan senantiasa harus dinamis dan tanggap dalam menghadapi dan mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi pada Bangsa Indonesia. Saat ini bangsa Indonesia sedang berusaha meningkatkan kualitas pendidikan. Persyaratan penting untuk terwujudnya pendidikan bermutu adalah pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru yang profesional, handal dalam layanan dan handal dalam keahliannya. Guru dituntut untuk membantu perkembangan siswa dalam segi kognitif, afektif dan psikomotor serta bukan semata mata memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, tetapi juga harus menciptakan kondisi yang kondusif agar siswa belajar terus menerus. Unsur unsur tersebut menjadi terpadu dan terjalin dalam hubungan timbal balik antara guru dan siswa pada saat pengajaran berlangsung.
Proses pengajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama diantara siswa, maka proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan paradigma baru yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir, arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa dengan guru, siswa dengan siswa maka dengan demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa yang lebih pintar sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan hasilnya lebih baik. Pernyataan ini berdasarkan pendapat Johnson dan Smith (dalam Anita Lie, h. 5) bahwa, “Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing masing orang berhubungan dengan yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama”.
Berdasarkan pandangan diatas, maka permasalahan yang muncul adalah bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil balajar siswa dengan pendekatan yang tepat. Salah satu pendekatan pembelajaran yang yang dapat meningkatkan kreativitas siswa adalah pendekatan kontektual. Dengan pendekatan kontekstual, siswa diarahkan untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu solusi untuk menemukan sebuah alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode yang tepat di SMU Negeri 8 Samarinda?
2. Apa saja metode pendekatan konstektual yang diterapkan pada siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar di SMU Negeri 8 Samarinda?
3. Apa respon siswa SMU Negeri 8 Samarinda terhadap pembelajaran kontekstual?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui apa saja upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode yang tepat di SMU Negeri 8 Samarinda.
2. Mengetahui metode pendekatan konstektual yang diterapkan pada siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar di SMU Negeri 8 Samarinda.
3. Mengetahui respon siswa SMU Negeri 8 Samarinda terhadap pembelajaran kontekstual.

BAB II
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Disamping itu pula ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam; khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, dalam penilaian dan pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan proses.
Adapun pengajaran sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen antara lain komponen pendidik (guru), peserta didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain sebagainya. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi antar sesama komponen.
Keberhasilan pengajaran sangat ditentukan manakala pengajaran tersebut mampu mengubah diri peserta didik. Perubahan tersebut dalam arti dapat menumbuh kembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat memperoleh manfaatnya secara langsung dalam perkembangan pribadinya.
Tanggung jawab keberhasilan pengajaran tersebut berada di tangan seorang pendidik. Artinya, seorang guru harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengatur proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga komponen-komponen yang diperlukan dalam pengajaran tersebut dapat berinteraksi antar sesama komponen.

Pendekatan Kontekstual
Beberapa pendapat tentang konstektual dikemukakan oleh :
1. Nurhadi (2002, h. 5) mengemukakan, “Pembelajaran konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan dan penilaian sebenarnya”.
2. Erman Suherman (2003, h. 3) mengemukakan, “Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Leaning, CTL) adalah pembelajaran yang dimulai dengan mengambil (mensimulasikan, menceritakan, berdialog, atau tanya jawab) kejadian pada dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat ke dalam konsep yang dibahas”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan konstektual memberikan penekanan pada penggunaan berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan, permodelan, informasi dan data dari berbagai sumber. Dalam kaitan dengan evaluasi, pembelajaran dengan konstektual lebih menekankan pada authentik assesmen yang diperoleh dari berbagai kegiatan. Pendekatan kontekstual dalam buku Pendekatan Kontekstual yang diterbitkan oleh DEPDIKNAS tahun 2002, Pembelajaran Kontekstual (contextual Teching and Leaning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
3. Joshua (2003, h. 2) mengemukakan : “Pembelajaran konstektual adalah suatu konsep tentang pembelajaran yang membantu guru-guru untuk menghubungkan isi bahan ajar dengan situasi-situasi dunia nyata serta penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja serta terlibat aktif dalam kegiatan belajar yang dituntut dalam pelajaran”.
Pendekatan kontekstual ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siwa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Tugas guru dalam kelas kontekstual ini adalah membantu siswa mencapai tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan srtategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Pendekatan kontekstual ini perlu diterapkan mengingat bahwa sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Dalam hal ini fungsi fungsi dan peranan guru masih dominan sehingga siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. Melalui pendekatan kontekstual ini siswa diharapkan belajar denga cara mengalami sendiri bukan menghapal.

2.1 Permasalahan
Pada umumnya siswa cendrung belajar dengan hafalan dari pada secara aktif mencari tahu untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep ilmu kimia tersebut. Hal ini menyebabkan sebagian besar konsep konsep kimia menjadi konsep yang abstrak bagi siswa dan bahkan mereka tidak dapat mengenali konsep konsep kunci atau hubungan antar konsep yang diperlukan untuk memahami konsep tersebut. Akibatnya, siswa tidak dapat membangun pemahaman konsep konsep kimia yang fundamental pada awal mereka mempelajari ilmu kimia. Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu dikembangkan pembelajaran kimia di kelas XI IPA1 pada SMU Negeri 8 Samarinda Tahun Pelajaran 2006-2007 yang lebih bermutu agar dapat mengaktifkan siswa, sekaligus memantapkan konsep dan teori yang diberikan serta meningkatkan hasil belajar siswa dengan memberikan suatu perlakuan atau tindakan dalam proses belajar mengajarnya.
Untuk menciptakan pembelajaran kimia sebagaimana tersebut diatas maka diperlukan sarana dan media pembelajaran yang mendukung terciptanya perbelajaran kimia yang kreatif dan inovative. Karena berdasarkan pendapat Gagne dan Briggs (1975) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Media pembelajaran seperti yang dimaksudkan oleh Gagne dan Briggs tersebut di atas, sangat kurang dimiliki oleh sekolah sekolah. Terutama di dalam proses belajar mengajar mata pelajaran kimia. Hal ini terbukti dari:
1. Pengakuan guru yang menyatakan kurangnya media pembelajan kimia.
2. Guru banyak menggunakan metode ceramah dalam proses belajar mengajar.
3. Guru mengakui sulitnya mendapatkan dan membuat media pembelajaran kimia.
4. Tidak ada media pembelajaran kimia yang tersedia.
5. Kurangnya alat-alat laboratorium sebagai sarana praktikum.
Dengan adanya masalah-masalah tersebut di atas, maka berdasarkan hasil pengamatan sementara, terlihat dalam proses belajar mengajar di kelas XI SMAN 8 Samarinda. hal-hal sebagai berikut:
1. Kurangnya minat siswa terhadap pengajaran kimia.
2. Siswa tidak aktif dalam proses belajar mengajar.
3. Tidak terjadinya pembelajaran yang menyenangkan.
4. Tidak terdapat pembelajaran yang kreatif.

2.2 Pembahasan
Untuk mengatasi masalah yang ditemukan di atas, maka usaha yang ditempuh sejalan tugas dan fungsi LPMP yang berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan nasional Nomor 7 tahun 2007 yang salah satunya adalah fasilitasi sumberdaya pendidikan maka untuk memfasilitasi proses belajar mengajar di sekolah dilakukan penelitian sarana belajar berupa pemanfatan salah satunya laboratorium secara virtual yang selanjutnya disebut laboratorium kimia virtual. Dengan demikian diharapkan akan terjadi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) salah satunya dengan metode dengan pendekatan konstektual.
Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu: konstruktivisme (constractivism), menemukan (inquiri), bertanya (questioning), masyarakat belajar (leaning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflekction), dan penilaian yang sebenarnya (autentic assesment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual apabila menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam proses pembelajarannya.
Berikut ini adalah uraian mengenai ketujuh komponen utama dalam pembelajaran kontekstual yang terdapat pada Contextuan Teaching And Leaning (Depdiknas, 2002, h. 10) sebagai berikut :
1. Kontrukstivisme (Constractivism)
Kontrukstivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual. Maksud konstruktivisme disini adalah pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak secara mendadak. Dalam hal ini, manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalan nyata.
2. Menemukan (Inquiri)
Menemukan merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dalam hal ini tugas guru yang harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dalam proses pembelajaran bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis penemuan (inquiri), yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diteliti dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.
4. Masyarakat Belajar ( Learning Community)
Konsep masyarakat belajar ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil pembelajaran diperoleh dari berbagi antar teman, antar kelompok dan antar yang tahu dengan yang tidak tahu. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, seseorang yang terlibat dalam masyarakat belajar akan memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Oleh karena itu, dalam kelas kontekstual guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru. Pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual untuk ditiru, diadaptasi, atau dimodifikasi. Dengan adanya suatu model untuk dijadikan contoh biasnya akan lebih dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Salah satu contohnya pemodelan dalam pembelajaran misalnya mempelajari contoh penyelesaian soal, penggunaan alat peraga, cara menemukan kata kunci dalam suatu baca, atau dalam membuat skema konsep. Pemodelan ini tidak selalu oleh guru, bisa oleh siswa atau media yang lainnya.
6. Refleksi (Feflection)
Refleksi adalah cara berpikir apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan lagi aktivitas yang telah dilakukan atau mengevaluasi kembali bagaimana belajar yang telah dilakukan. Refleksi berguna untuk mengevaluasi diri, koreksi, perbaikan, atau peningkatan diri. Membuat rangkuman, meneliti, dan memperbaiki kegagalan, mencari alternatif lain cara belajar (leaning how to learn) dan membuat jurnal pembelajaran adalah contoh refleksi.
7. Penilaian yang Sebenarnya (Autentic Assesmen)
Assesmen otentik adalah penilaian yang dilakukan secara konperhensif berkenaan dengan seluruh aktifitas pembelajaran yang meliputi proses dan produk belajar sehingga seluruh usaha siswa yang telah dilakukan mendapat penghargaan. Penilaian otentik seharusnya dilakukan dari berbagi aspek dan metode sehingga menjadi obyektif. Misalnya membuat catatan harian melalui observasi untuk menilai aktivitas dan motivasi, wawancara atau angket untuk menilai asfek afektif dan tes untuk menilai tingkat penguasaan siswa terhadap materi bahan ajar.
Dari ketujuh komponen tersebut, pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berlandaskan pada dunia kehidupan nyata (real word), berpikir tingkat tinggi, aktivitas siswa, aplikatif, berbasis masalah nyata, penilaian komprehensif dan pembentukan manusia yang memiliki akal sehat.
Untuk melaksanakan pembelajaran kimia dengan pendekatan kontekstual ada berbagai model pembelajaran yang bisa diterapkan. Menurut Erman Suherman (2003, h. 10) model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran konstektual diantaranya adalah :
1. Pembelajaran langsung ( Direct Instraction, DI ).
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
3. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruksional, PBI)
4. Pembelajaran Problem Terbuka (Open Ended).
5. Model SAVI (Somatic, Auditory, Visuality, Intellectuality)

3.2.1 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kontekstual
Sedangkan Hamalik (1999) menyatakan, “Sambutan (responding) adalah suatu sikap terbuka ke arah sambutan”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa respon adalah perilaku yang lahir berupa sambutan atau sikap terbuka dari hasil masuknya stimulus ke dalam pikiran seseorang.
Winataputra dan Rosita (1995) mengatakan bahwa respon adalah perilaku yang lahir dan merupakan hasil masuknya stimulus ke dalam pikiran seseorang. Stimulus bisa datang dari objek misalnya peta, lingkungan, peristiwa, suasana orang lain atau dari aktifitas subjek lain misalnya orang lain bertanya kepada kita dan kita memberikan jawaban.
Menurut Winataputra dan Rosita (1995) penggolongan perilaku terdiri kawasan-kawasan yang secara garis besar dijabarkan sebagai berikut :
1. Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan atau penemuan. Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan pemecahan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku guru. Berpikir, menalar, menilai, berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif.
2. Proses belajar afektif seseorang menentukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap.
3. Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik.
Dari konsep yang diterapkan ke siswa SMUN 8 Samarinda dapat diketahui bahwa respon siswa terhadap pembelajaran adalah perilaku siswa yang lahir setelah mereka mengikuti pembelajaran yang berupa hasil kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini respon yang didapat dari daftar isian siswa hanya pada aspek afektif yaitu nilai emosi untuk mengungkapkan perasaan dan pendapat siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstektual.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode yang tepat di SMU Negeri 8 Samarinda dengan menggunakan pembelajaran konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif.
2. Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu: konstruktivisme (constractivism), menemukan (inquiri), bertanya (questioning), masyarakat belajar (leaning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflekction), dan penilaian yang sebenarnya (autentic assesment).
3. Dari konsep yang diterapkan ke siswa SMUN 8 Samarinda dapat diketahui bahwa respon siswa terhadap pembelajaran adalah perilaku siswa yang lahir setelah mereka mengikuti pembelajaran yang berupa hasil kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini respon yang didapat dari daftar isian siswa hanya pada aspek afektif yaitu nilai emosi untuk mengungkapkan perasaan dan pendapat siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstektual.

DAFTAR PUSTAKA
Amidjaja, Tisna, D,A. 1981. Pedoman Pelaksanaan Pola Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan di Indonesia. Malang: BAAK IKIP Malang
Hasibuan, J.J. et,al. 1988. Proses Belajar Mengajar : Keterampilan Dasar Pengajaran Mikro. Jakarta: Remaja Karya
www. Google .com (search = 0606200764958_Karakteristik_Strategi_Belajar_Kimia-2)
www. Google .com (search = pembuktian-hasil-belajar-siswa-dalam-penggunaan-pendekatan-konstektual-pada-sekolah-umum)
www. Google.com (search = Upaya Pembelajaran Siswa Melalui Metode Terpadu Pada Pelajaran Kimia). 2007-12-27 13:23:28, Yas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar